Institut Agama Kristen Negeri Tarutung
Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

“Kami Belum Berani Tinggal Sendiri di Rumah”

Tiba-tiba air matanya jatuh. Berhenti sejenak, lalu meneruskan ceritanya. “Kami semua terkurung di dalam rumah. Kami tidak bisa keluar. Ibu lupa menaruh kunci di mana,” ujar Ruth Purba. Selama gempa terjadi di Sabtu dini hari itu, 1 Oktober lalu, mereka berteriak-teriak di dalam rumah. Semua tetangga sudah berhamburan. Ibu Ruth panik mencari kunci rumah. “Kami baru bisa keluar setelah gempa sudah reda,” kisahnya.

Sepuluh hari setelah gempa, Ruth masih merasakan trauma. Ia merasa tanah, atau di mana pun dia berdiri, selalu bergoyang seakan-akan terjadi gempa. Ia bercerita jantungnya tiba-tiba berdetak kencang bila mendengar bunyi yang keras. Demikian juga suara yang tiba-tiba muncul. “Kami takut tidur. Takut kalau tiba-tiba terjadi gempa,” ujarnya. Setiap malam Ruth dan keluarganya tidak pernah tidur tenang. “Aku juga gampang sekali kaget,” tambahnya. “Kami belum berani tinggal sendiri di rumah. Ke kamar mandi pun harus ditemani,” ujarnya. Bagi Ruth, yang sedang duduk di kelas 6 sekolah dasar ini, inilah gempa pertama yang dialaminya.

Hari ini (10/10/2022), Tim Healing Shalom IAKN Tarutung datang ke desa Ruth Purba di Desa Sisordak, Hutatinggi, Parmonangan. Tim memfokuskan trauma healing kepada anak-anak. Bertempat di pekarangan gereja HKBP Purba Tua Sisordak, sebanyak 125 anak sekolah minggu bergembira bersama. Mereka diajak bermain games, bernyanyi, dan juga bercerita.

“Trauma itu kerap tertinggal di dalam diri anak-anak. Yang tertinggal itu harus dikeluarkan dengan aktivitas yang menggembirakan. Juga dengan mendengarkan mereka menceritakan pengalamannya,” ujar Dr. Melinda Siahaan, Ketua Tim Healing Shalom IAKN Tarutung. “Gempa itu sesuatu yang alami. Jangan takut, namun harus tetap waspada,” ujar Dr. Andar Gunawan Pasaribu, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Kristen IAKN Tarutung, dalam kotbahnya di depan anak-anak.